“The Wolf of Wall Street” (2013) merupakan kisah tentang kehancuran yang diakibatkan oleh keserakahan manusia. Meski mengundang kontroversi, Jordan Belfort yang asli dan menjadi sumber cerita dari kisah ini menyatakan bahwa filmnya merupakan sebuah peringatan bagi mereka yang tergiur meraih keuntungan secara ilegal seperti dirinya, bukan untuk mengagung-agungkan gaya hidup para pialang saham curang di Wall Street.
Sudah nonton filmnya dan ingin tahu lebih banyak mengenai biopik besutan Martin Scorsese ini? Berikut adalah sepuluh trivia mengenai film “The Wolf of Wall Street”:
Sudah nonton filmnya dan ingin tahu lebih banyak mengenai biopik besutan Martin Scorsese ini? Berikut adalah sepuluh trivia mengenai film “The Wolf of Wall Street”:
1. Butuh waktu cukup panjang bagi “The Wolf of Wall Street” untuk akhirnya hadir di layar lebar. Awalnya, Alexandra Milchan mendapatkan hak untuk memfilmkan biografi yang ditulis oleh Jordan Belfort ini. Milchan kemudian mendatangi Terence Winter untuk menulis naskahnya.
Pada tahun 2007, Milchan menawarkan proyek film ini pada Leonardo DiCaprio yang saat itu punya kontrak dengan Warner Bros. DiCaprio akhirnya membawa naskah ini pada Martin Scorsese dan berencana untuk memfilmkannya. Setelah sempat hilang dari pembicaraan selama beberapa tahun, Scorsese yang punya waktu lowong setelah menyelesaikan “Hugo” (2011) akhirnya dapat membuat film ini dengan Red Granite Pictures.
2. Film berdurasi tiga jam yang hebatnya hanya mendapat rating R ini mengandung 506 kata makian sepanjang filmnya. Scorsese ingin menggambarkan dengan akurat bagaimana para pialang saham Wall Street di masa itu berkomunikasi, sehingga ia memutuskan untuk tidak menyaring semua kata-kata kotor dalam naskahnya.
3. Apakah Anda penasaran apa yang digunakan oleh kru untuk menggantikan bubuk kokain yang dihirup oleh Belfort dan kawan-kawan dalam filmnya? Ternyata, bahan yang mereka gunakan adalah vitamin B.
4. Bagi seorang aktris pendatang baru seperti Margot Robbie, tampil telanjang dalam sebuah film merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan matang-matang demi masa depan karirnya. Meski sempat ragu dengan sejumlah adegan yang mengharuskannya untuk hadir tanpa busana, manajernya akhirnya meyakinkan Robbie bahwa ia perlu mengambil peran ini. Karena totalitasnya dalam berakting, aktris asal Australia ini pun menyanggupi tampil bugil dalam sebuah adegan meski sang sutradara sudah memberinya pilihan alternatif.
“Intinya, tentang Naomi, tubuhnya merupakan satu-satunya bentuk mata uang dalam dunia yang ditinggalinya ini. Jadi ketika Marty [Scorsese] mencoba untuk membantu saya dan berkata bahwa dalam adegan saat ia menggoda Jordan, mungkin saya dapat mengenakan jubah tidur, saya bilang Naomi tak akan melakukannya. Ia harus tampil telanjang. Ia menunjukkan semua yang ia punya,” ungkapnya pada The Telegraph (http://www.telegraph.co.uk/culture/film/10579845/The-Wolf-of-Wall-Streets-Margot-Robbie-interview-Nudity-for-the-sake-of-nudity-is-shameful.html).
5. Dalam sebuah wawancara radio dengan Howard Stern, Jonah Hill mengungkapkan bahwa dirinya hanya dibayar sebesar 60.000 dolar Amerika Serikat untuk memerankan Donnie Azoff dalam “The Wolf of Wall Street”. Hill rela menerima bayaran yang hanya setara dengan upah minimum SAG (Screen Actors Guild) untuk syuting selama hampir tujuh bulan demi dapat berperan dalam film Martin Scorsese.
6. Meski menampilkan banyak adegan seks, sang sinematografer, Rodrigo Prieto, merasa tidak ada kesulitan pada saat syuting karena dirinya tak diberi banyak batasan. Menurut Prieto, film pertamanya yang mendapat perhatian Martin Scorsese adalah “Lust, Caution” (2007) yang sama-sama menampilkan banyak adegan telanjang. “Film ini, khususnya, adegan telanjangnya mudah difilmkan. Justru, pendekatan mereka sangat terbuka, dan tidak ada perasaan bahwa ada batasan,” kata Prieto pada CineMovie.tv (http://cinemovie.tv/Interviews/behind-the-scenes-on-the-wolf-of-wall-street-with-cinematographer-rodrigo-prieto). “Saya sangat heran dengan hal-hal yang saya filmkan. Saya tidak percaya hal-hal ini akhirnya bisa ditampilkan di layar. Akhirnya mereka harus memotong atau merapikan beberapa adegan, tapi hasilnya tetap saja luar biasa.”
7. Rumah yang dipakai sebagai kediaman keluarga Belfort dalam film punya ukuran jauh lebih besar dari rumah Belfort yang asli. Meski berada dalam area yang sama, rumah Belfort yang asli merupakan rumah bergaya Tudor dengan ukuran lebih kecil. Untuk rumah pantai tempat pesta dilangsungkan, sang desainer produksi, Bob Shaw, juga tidak memilih rumah yang ada di Hamptons. Rumah pantai yang akhirnya dipilih berada di Sands Point, New York, dan punya gaya yang lebih kontemporer. Sementara itu, rumah pantai Belfort yang asli punya dekor yang lebih tradisional dengan gaya shabby chic.
8. Untuk memproduksi baju-baju dengan gaya ’90-an yang autentik, sang desainer, Sandy Powell, bekerja sama dengan Armani untuk membuat jas-jas yang dipakai oleh Belfort. “Armani menyediakan banyak materi referensi dengan membuat arsip mereka tersedia untuk saya, dengan ratusan gambar dari runway show mereka dari periode tersebut,” kata Powell dalam wawancaranya dengan AskMen.com (http://www.askmen.com/fashion/interview/sandy-powell-interview.html). “Mereka juga menyediakan banyak pakaian yang digunakan dalam film, termasuk salah satu jas Jordan dari tahun ’90-an dengan gaya Armani yang ikonis dari periode tersebut.”
9. Tak sadar bahwa banyak bagian dari film “The Wolf of Wall Street” yang merupakan rekayasa komputer? Bila Anda menyaksikan VFX reel dari Brainstorm Digital (http://vimeo.com/83523133), Anda dapat melihat bahwa beberapa adegan yang terlihat natural dan seperti disyuting biasa sebenarnya telah dimodifikasi dengan CGI.
10. Jordan Belfort yang asli tampil sekilas di akhir film “The Wolf of Wall Street” sebagai pria yang memperkenalkan Belfort yang diperankan DiCaprio, sebelum ia naik ke atas panggung dalam seminar motivasi yang digelarnya di Auckland.
Sumber : http://id.omg.yahoo.com/blogs/blog-editor/sepuluh-trivia-film-%E2%80%9Cthe-wolf-of-wall-street%E2%80%9D-092016256.html
EmoticonEmoticon